Kebudayaan Korea Selatan sangat beranekaragam. Disini saya akan menjelaskan
beberapa macam kebudayaan Korea Selatan, diantaranya tentang kehidupan :
Hanok (rumah beratap
jerami) di Desa
Rakyat Korea, Seoul
Masyarakat
tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi.
Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik
dan buruk (dalam konsep eum dan
yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bentuk
bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya.
Rumah
menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan
menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini
masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.
Rumah
tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah menjadi bagian
dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang)
dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan
suatu keluarga.
Rumah-rumah
ini memiliki penghangat bawah tanah yang disebut ondol
yang berfungsi saat musim dingin.
Pakaian
Pakaian tradisional
Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok
terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki
(baji) dan rok wanita (Chima).
Orang
Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan
hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati
pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli
golongan rakyat bawah yang hidup miskin.
Dahulu,
Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan
peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa
formal seperti ulang tahun anak
pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara
kematian.
Saat
ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat
tertentu masih digunakan.
Bentuk
kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka. Makanan pokoknya adalah beras.
Hasil utama pertanian rakyat Korea adalah beras,
gandum dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan,
cumi-cumi dan udang,
sebab Korea dikelilingi 3 lautan.
Kuliner
Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama.
Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam
menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin.
Beberapa
menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti
festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun
pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Pada
peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue beras yang berwarna-warni.
Makanan
kuil berbeda dari makanan biasanya karena melarang penggunaan 5 jenis bumbu
yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang merah, daun bawang, rocambole
(sejenis bawang), bawang
perai, jahe serta daging. Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena
sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.
Musik
*musik jeongak
*musik minsogak
Sedangkan musik minsogak adalah musik yang biasa dimainkan oleh kebanyakan rakyat Korea dan tidak memandang siapa yang memainkannya.
*musik minsogak
Sedangkan musik minsogak adalah musik yang biasa dimainkan oleh kebanyakan rakyat Korea dan tidak memandang siapa yang memainkannya.
Alat musik tradisional Korea dibagi menjadi alat musik
tiup, petik, dan perkusi. Sebagai contoh alat musik tiup, yaitu piri,
taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun, alat musik petik, yaitu kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum, dan alat musik perkusi, yaitu
kwaenggwari, jing, buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya.
*daegeum
*geomungo
*daegeum
*geomungo
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan "complete food session".
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang tahun.
Sumber : http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/sosial_budaya.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar